Rabu, 30 November 2016

Promosi SMA Plus Darussalam Ciamis

SMA PLUS DARUSSALAM CIAMIS

Terakreditasi A
Kepala
Drs. H. Koko Komaruddin, M.Pd.

Satu hal yang acap dikenang oleh alumni Pesantren Darussalam adalah kebersahajaan pesantren ini dalam keseharian santrinya. Bahkan, seperti yang kerap terucap dari K.H Irfan Hielmy (Alm) pendiri Pesantren Modern Darussalam yang selalu mengajarkan kebersahajaan setiap kali menerima kunjungan tamu, selalu disambut dengan kalimt yang sama, seolah menegaskan bagaimana seharusnya santri Darusslam mengambil posisi dengan kerendah hatian, “Selamat datang di tempat kami, pesantren yang sangat sederhana”.
Ihwal kebersahajaan dan kesederhanaan Darussalam ternyata sama tuanya dengan sejarah pesantren ini. Di tahun 1929, K.H Ahmad Fadlil (wafat 1950) ayahanda K.H. Irfan Hielmy (wafat 2010) memulai kisah kebersahajaan dengan sebuah masjid dan sebuah bilik sebagaia srama. Santri yang pertama kali mondok adalah pemuda-pemudis etempat yang tidak hanya diajari ilmu-ilmu agama, akan tetapi diajak mengolah sawah, bercocok tanam dan diberi contoh bagaimana memelihara bilik dan memakmurkan masjid. Pesantren Cidewa, sebutan untuk komunitas baru itu, dengan cepat mendapat simpati serta dukungan dari masyarakat sekitar dan lebih banyak lagi santri yang mondok.
Adalah suami istri Mas Astapradja dan Siti Hasaah yang mewakafkan tanahnya di kampong  Kandanggajah, Desa Dewasari, Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis Jawa Barat kepada K.H. Ahmad Fadlil. Dibantu oleh masyarakat dan santri, Pesantren Cidewa menapaki guratan sejarah dengan optimism menghilangkan benalu yang menempel dalam ajaran Islam.
Menjelang proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, di Pesantren Cidewa sudah mondok 400 orang santri yang mengaji ilmu tafsir, ilmu hadits, sejarah dan perbandingan madzhab, disamping kitab-kitab ilmu sharaf dan ilmu nahwu.
Keputusan K.H. Ahmad Fadlil dengan hanya menerima santri putra tidak terlepas dari kontelasi keamanan akibat penjajahan Belanda. Akan tetapi karena didorong oleh keinginan untuk melepaskan diri dari cengkraman penjajah dan ditambah dengan meluapnya semangat snatri untuk menghalau Belanda, K.H. Ahmad Fadlil juga mengajarkan strategi berdiplomasi mengatasi tekanan penjajah. Apalagi dengan kemampuannya berbahasa Belanda yang didapat dari kakeknya sejak di Sekolah Rakyat (Vervolg School) dengan mudah bisa menyerap berbagai informasi yang kelak berguna sebagai modal berdiplomasi.
Lebih dari itu, penguasaan terhadap teks berbahasa Arab telah tampak sejak Ahmad Fadlil muda berhasil menghapalkan kitab-kitab seperti Jauharul Maknun, 'Uqudul Juman, Talkhisul Miftah dan syair-syairnya. Bahkan, pada usia 31 tahun ia telah berhasil menerjemahkan Qashidah Burdah karya Muhammad Said al-Busyiri. Sampai sekarang, Qashidah Burdah berbahasa sunda yang merupakan karya terjemahan master piece K.H. Ahmad Fadlil masih terdengar dibaca dan didendangkan oleh santri-santri di banyak pesantren tradisional terutama di Jawa Barat.
Melalui sejarah yang panjang (berdiri tahun 1929 oleh K.H. Ahmad Fadlil), kini Pondok Pesantren Darussalam telah berkembang dan mencapai kemajuan yang sangat menggembirakan. Pondok Pesantren yang pada awal berdirinya hanya memiliki sebuah rumah tempat tinggal Kiayi, sebuah masjid dan sebuah asrama (pondok) yang sederhana, kini telah memiliki fasilitas bangunan yang relatif lengkap dan beberapa diantaranya cukup megah.
Disamping peningkatan failitas dan sarana pendidikan untuk santri, hal yang sangat penting adalah pengembangan sistem pendidikannya. Ketika di banyak Pondok Pesantren lain masih menghususkan pengajian kitab. Pesantren Darussalam mulai merintis untu menyelenggarakan pendidikan formal. Maka sejak dasawarsa 60-an, Pesantren Darussalam mulai memodernisasikan sistem pendidikannya dengan mendirikan lembaga-lembaga pendidikan formal.
Pada tahun 1967, mulai dirintis penyelenggaraan sistem pendidikan modern klasikal dan sampai saat ini semua jenjang pendidikan dari mulai Taman Kanak-Kanak (TK) (di Pesantren Darussalam disebut Raudlatul Athfal/RA) hingga perguruan tinggi telah ada di pesantren ini.
Lembaga pendidikan formal yang pertama didirikan adalah Raudhlatul Athfal (Taman Kanak-kanak)  pada tahun 1967, kemudian pada tahun 1968 berdiri Madrasah  Ibtidaiyah/MI (setingkat SD), lalu Madrasah Tsanawiyah Darussalam/MTsD (setingkat SMP) pada tahun 1968. Kemudian berdiri Madrasah Aliyah Negeri Darussalam (setingkat SMA) pada tahun 1969. Selanjutnya didirikan SMA Plus Darussalam yang merupakan lembaga pendidikan swasta pada  tahun 2003.
Sedangkan Pendidikan Tinggi (PT) di Pondok Pesantren Darussalam adalah berbentuk Institut yang didirikan pada tahun 1970, dengan nama Institut Agama Islam Darussalam (IAID) yaitu Perguruan Tinggi Agama Islam yang menggabungkan pendidikan akademik dengan pendidikan kepesantrenan, yaitu Pondok Pesantren Darussalam. Disamping itu, pada tahun 1995 diselenggarakan pula Ma'had 'Aly, yaitu pendidikan tinggi Pesantren Darussalam. Mahasantri Ma'had 'Alyini terdiri dari lulusan Madrasah Aliyah dan para mahasiswa Institut Agama Islam Darussalam dari berbagai fakultas yang memenuhi persyaratan, diantaranya telah mampu membaca kitab-kitab kuning. 
Adapun visi , misi dan tujuan Sma Plus Darussalam Ciamis yaitu:
VISI
Unggul dalam logika, etika, dan estetika secara  profesional yang berlandaskan nilai-nilai agama dan budaya.
MISI
1.        Meningkatkan pemahaman dan pengalaman ajaran agama.
2.        Membentuk kepribadian unggul dan tangguh yang dilandasi iman dan taqwa.
3.        Meningkatkan kinerja professional dalam pelaksanaan proses pendidikan pada setiap komponen sekolah.
4.        Menumbuhkan minat dan prestasi belajar dengan mengoptimalkan teknik pembelajaran dan sumber daya belajar.
5.        Menciptakan manajemen sekolah yang terbuka.
6.        Mewujudkan pelayanan prima bagi seluruh komponen yang terkait.
7.        Menciptakan lingkungan sekolah yang nyaman ,aman , dan demokratis.
8.        Memberdayakan semua komponen sekolah untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
9.        Menumbuhkan apresiasi seni.
10.    Menumbuhkan budaya tertib ,budaya bersih , dan peduli lingkungan.

Sarana Prasarana dan Kegiatan





Tidak ada komentar:

Posting Komentar